Tanggal 14 Juni kemaren adalah ulang tahun isteri pertama suami saya...
sempat ada percakapan dengan anak sulungnya, Maya... kalau hari itu adalah ulang tahunnya.. tetapi sayang tanggapannya tidak seperti yang saya harapkan...
"May, hari ini ultahnya mama' kan..?"
"tanggal 14 Juni kah..?"
"Iya, ini hari 14 Juni..."
"oo iye... ini hari ultahnya..."
tidak ada doa, tidak ada kata-kata yang menerangkan kalau mungkin siang ini ia akan berkenan mengirimkan doa-doa untuknya...
keesokan harinya... ada rencana untuk keluar kota, ke Jeneponto tepatnya...
suamiku bertanya adakan dia berkenan untuk menemani ayahnya ke Jeneponto untuk menghadiri pernikahan salah satu penjaga tambaknya... tetapi si anak manja ini lebih memilih tidak ikut, karena mau ke kampus.. untuk melihat nilainya.. padahal kan kalau dipikir-pikir nilai itu bisa di lihat kapan saja... tidak harus hari itu.. tampak kecewa diraut wajah suamiku saat itu, dan bukan kegemaranku melihatnya dalam keadaan seperti itu, so... untuk menyenangkan hatinya akupun memberanikan diri untuk menawarkan diri untuk menemaninya...
kemaren adalah perjalan keluar kota yang pertama saya lakukan semenjak 6 bulan terakhir.. saat usia kandungannya saya 7 bulan, saya merasa begitu yakin kalau saya bisa melakukan perjalanan keluar kota... untuk mengunjungi pernikahan salah seorang yang berjasa menjaga tambak keluarga suami saya selama ini.. selain itu, ingin sekali rasanya menikmati pemandangan... desa, pedalaman yang selama 6 bulan terakhir ini cuma bisa saya nikmati di televisi...
Perjalanan yang menyenangkan...
makan ayam panggang, ikan pallu kacci dan semua disajikan dengan sempurna di temani oleh nikmatnya kelapa muda sambil memandangi pemandangan pedesaan Arungkeke... Subhanallah...
ditengah perjalan kita berziarah kubur ke makam isteri pertama suamiku, sayangnya saya hanya bisa mendoakannya dari luar, karena kata orang tua.. tidak baik orang hamil memasuki taman pekuburan, disaat itu.. yang saya pikirkan adalah anak sulungku.. tidak kah ada dipikirannya untuk menyampingkan dulu keinginannya untuk ke kampus, dan ikut sejenak untuk nyekar ke makam ibunya... makam orang yang selama 18 tahun merawatnya dengan baik dengan begitu sempurna menyayanginya... dua kali sebelumnya dia sudah berkunjung ke kota itu, ke Arungkeke, ke Tanjung petang yang jaraknya hanya beberapa meter dari pemakaman ibunya, tetapi jangankan untuk berkunjung dan menyekar, niat untuk kesana aja, nggak ada.... sempat saya bertanya... "maya abis dari petang, nda ziarah kubur ke makamnya mama'...?" dia hanya menjawab dengan polos dan sederhana... "Hehehe, nda... hehehe"
saya jadi ingat, postingan saya sebelumnya, mengatakan dengan penuh harap kapan anak sulung suami saya ini akan membuka hatinya untuk memanggil saya Mammi, atau menganggap saya seperti ibunya, bukan hanya sebagai tantenya yang menikah dan menjadi isteri kedua papahnya... tetapi sedikit rasa syukur terlintas dibenak saya, dan berkata "untung dia bukan anak saya... " karena ibunya saja dia perlakukan seperti ini apalagi saya.. orang lain, hanya-lah ibu tirinya.. seorang tante yang menikah dan menjadi isteri kedua papahnya....
Saya pasti akan begitu sedih jika saya meninggal dan mengetahui kalau anak saya tak pernah mengunjungi makamku, sementara dia berada begitu dekat, anakku tidak juga mengirimkan doa-doa untukku....
Dekatkan aku dengan kesabaran-Mu ya Rabb...
dekatkan aku dengan kesabaran-Mu....
Selasa, 16 Juni 2009
untung dia bukan anakku...
Diposting oleh ^ea di 15.15
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar